This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Universitas Trisakti, Fakultas Teknologi Industri, Teknik Informatika, 064.013.016

Visitors

Flag Counter

Selasa, 25 Oktober 2016

PRAKTIKUM 7 Cara Setting OSPF pada Cisco Paket Tracer

Cara Setting OSPF pada Cisco Paket Tracer



Disusun Oleh :
AULIA AKBAR
064.013.016


Fakultas Teknologi Industri
Teknik Informatika
Tahun Ajaran 2016-2017



Cara Setting OSPF pada Cisco Paket Tracer
OSPF (Open Shortest Path First) merupakan sebuah routing protokol berjenis IGRP (InteriorGateway Routing Protocol) yang hanya dapat bekerja dalam jaringan internal suatu ogranisasi atau perusahaan. Jaringan internal maksudnya adalah jaringan di mana Anda masih memiliki hak untuk menggunakan, mengatur, dan memodifikasinya. Atau dengan kata lain, Anda masih memiliki hak administrasi terhadap jaringan tersebut. Jika Anda sudah tidak memiliki hak untuk menggunakan dan mengaturnya, maka jaringan tersebut dapat dikategorikan sebagai jaringan eksternal.

          Selain itu, OSPF juga merupakan routing protokol yang berstandar terbuka. Maksudnya adalah routing protokol ini bukan ciptaan dari vendor manapun. Dengan demikian, siapapun dapat menggunakannya, perangkat manapun dapat kompatibel dengannya, dan di manapun routing protokol ini dapat diimplementasiCara Setting OSPF Pada Cisco Paket Tracerkan. OSPF merupakan routing protokol yang menggunakan konsep hirarki routing, artinya OSPF membagi-bagi jaringan menjadi beberapa tingkatan. Tingkatan-tingkatan ini diwujudkan dengan menggunakan sistem pengelompokan area.
 




PC0 :
Ip address : 192.168.1.1
Submask : 255.255.255.0
Gateway : 192.168.1.2

PC1 :
Ip address : 192.168.2.1
Submask : 255.255.255.0
Gateway : 192.168.2.2

PC2 :
Ip address : 192.168.3.1
Submask : 255.255.255.0
Gateway : 192.168.3.2


ROUTER 1
Router>ena
Router#conf t
Router(config)#int loopback 0
Router(config-if)#ip add 1.1.1.1 255.255.255.255
Router(config-if)#exit
Router(config)#int fa0/0
Router(config-if)#ip add 192.168.1.2 255.255.255.0
Router(config-if)#exit
Router(config)#int s2/0
Router(config-if)#ip add 192.168.4.4 255.255.255.0
Router(config-if)#exit
Router(config)#int s3/0
Router(config-if)#ip add 192.168.6.5 255.255.255.255
Bad mask /32 for address 192.168.6.5
Router(config-if)#ip add 192.168.6.5 255.255.255.0
Router(config-if)#exit
Router(config)#router ospf 1
Router(config-router)#network 192.168.1.0 0.0.0.255 area 0
Router(config-router)#network 192.168.4.3 0.0.0.255 area 0
Router(config-router)#network 192.168.6.3 0.0.0.255 area 2
Router(config-router)#exit
Router(config)#int s2/0
Router(config-if)#clock rate 64000
Router(config-if)#exit
Router(config)#Ctrl + z
Router#wr
ROUTER 2
Router>ena
Router#conf t
Router(config)#int loopback 1
Router(config-if)#ip add 2.2.2.2 255.255.255.255
Router(config-if)#exit
Router(config)#int fa0/0
Router(config-if)#ip add 192.168.2.2 255.255.255.0
Router(config-if)#no shut
Router(config-if)#exit
Router(config)#int s2/0
Router(config-if)#ip add 192.168.4.5 255.255.255.0
Router(config-if)#exit
Router(config)#int s3/0
Router(config-if)#ip add 192.168.5.4 255.255.255.0
Router(config-if)#exit
Router(config)#router ospf 1
Router(config-router)#area 1 virtual-link 3.3.3.3
Router(config-router)#network 192.168.2.0 0.0.0.255 area 1
Router(config-router)#network 192.168.4.3 0.0.0.255 area 0
Router(config-router)#network 192.168.5.3 0.0.0.255 area 1
Router(config-router)#exit
Router(config)#int s3/0
Router(config-if)#clock rate 64000
Router(config-if)#exit
Router(config)#Ctrl + z
Router#wr
ROUTER 3
Router>ena
Router#conf t
Router(config)#int loopback 2
Router(config-if)#ip add 3.3.3.3 255.255.255.255
Router(config-if)#exit
Router(config)#int fa0/0
Router(config-if)#ip add 192.168.3.2 255.255.255.0
Router(config-if)#no shut
Router(config-if)#exit
Router(config)#int s2/0
Router(config-if)#ip add 192.168.5.5 255.255.255.0
Router(config-if)#no shut
Router(config-if)#exit
Router(config)#int s3/0
Router(config-if)#ip add 192.168.6.4 255.255.255.0
Router(config-if)#exit
Router(config)#router ospf 1
Router(config-router)#area 1 virtual-link 2.2.2.2
Router(config-router)#network 192.168.3.0 0.0.0.255 area 2
Router(config-router)#network 192.168.5.3 0.0.0.255 area 1
Router(config-router)#network 192.168.6.3 0.0.0.255 area 2
Router(config-router)#exit
Router(config)#int s3/0
Router(config-if)#clock rate 64000
Router(config-if)#exit
Router(config)#Ctrl + z
Router#wr
Lakukan test ping, jika belum berhasil cek kembali langkah-langkah diatas.


Selamat Mencoba.


Rabu, 19 Oktober 2016

PRAKTIKUM 6 SURVEY DAN DATA

Kategori Ancaman
Sub Kategori
Daftar Ancaman
Alam
Geologi
Gempa Bumi
Tsunami
Tanah Longsor
Petir atau Badai
Asap dan Gunung Meletus
Lingkungan
Banjir
Kebakaran
Polusi Udara
Biologi
Wabah Penyakit
Manusia
Manusia
Kebakaran
Pencurian
Sabotase dan perusakan
Terorisme
Ancaman Bom
Human Error
Cyber Attack
Threat
Intrusion
Teknologi
Transportasi
Kegagalan sistem transportasi
Bencana transportasi massal
Sistem Informasi
Kegagalan hardware dan software
Serangan virus, malware

Infrastruktur
Electricity (korsleting)

Senin, 17 Oktober 2016

PRAKTIKUM 6 Cara Konfigurasi Routing Dynamic (RIP)

CARA KONFIGURASI ROUTING DYNAMIC (RIP)
\\Cara Konfigurasi Routing Dynamic (RIP)



Disusun Oleh :
AULIA AKBAR
064.013.016


Fakultas Teknologi Industri
Teknik Informatika
Tahun Ajaran 2016-2017


CARA SETTING ROUTING DINAMIS (RIP) DI CISCO PACKET TRACER – Pada post yang lalu kita sudah faham bagaimana cara konfigurasi routing statis dan kali ini kami akan belajar bagaimana cara setting dynamic router (RIP) pada Cisco Packet Tracer dengan 3 router. Cara ini sama seperti sebelumnya, namun yang berbeda adalah Cara Setting IP routenya, yang lalu Statis dan Kini RIP (Dinamis).
Dynamic router (router dinamis): adalah sebuah router yang memiliki dab membuat tabel routing dinamis, dengan mendengarkan lalu lintas jaringan dan juga dengan saling berhubungan dengan router lainnya.
Apabila peralatannya anda lupa, klik laman ini untuk mengetahui peralatannya.
Setelah persiapan selesai desain jaringan seperti ini contohnya :
Gambar diatas sama dengan post statis sebelumnya, namun nanti akan berbeda pada setting IP Routenya. Catatan : 
Router 0,1,2 PC terhubung fastethernet0/0 ke PC1, PC2, PC3
Router 0,1,2 = Serial 2/0
Setting Fastethernet dan serial dengan cara CLI :
Router A : Fastethernet 0/0 :
Router#en
Router#conf t
Router(config)#int f0/0
Router(config-&#1110f)#ip add 192.1.1.1 255.255.255.0
Router(config-&#1110f)#n&#959 shut
Router(config-&#1110f)#ex

Router B : Fastethernet 0/0 :
Router#en
Router#conf t
Router(config)#int f0/0
Router(config-&#1110f)#ip add 193.1.1.1 255.255.255.0
Router(config-&#1110f)#n&#959 shut
Router(config-&#1110f)#ex

Router C : Fastethernet 0/0 :
Router#en
Router#conf t
Router(config)#int f0/0
Router(config-&#1110f)#ip add 194.1.1.1 255.255.255.0
Router(config-&#1110f)#n&#959 shut
Router(config-&#1110f)#ex

Router A : Serial 2/0 :

Router#en
Router#conf t
Router(config)#int s2/0
Router(config-&#1110f)#ip add 10.1.1.1 255.0.0.0
Router(config-&#1110f)#n&#959 shut
Router(config-&#1110f)#ex
Router B : Serial 2/0 :
Router#en
Router#conf t
Router(config)#int s2/0
Router(config-&#1110f)#ip add 10.1.1.2 255.0.0.0
Router(config-&#1110f)#n&#959 shut
Router(config-&#1110f)#ex
Router B : Serial 3/0 :
Router#en
Router#conf t
Router(config)#int s3/0
Router(config-&#1110f)#ip add 11.1.1.1 255.0.0.0
Router(config-&#1110f)#n&#959 shut
Router(config-&#1110f)#ex
Router C : Serial 3/0 :
Router#en
Router#conf t
Router(config)#int s3/0
Router(config-&#1110f)#ip add 11.1.1.2 255.0.0.0
Router(config-&#1110f)#n&#959 shut
Router(config-&#1110f)#ex
Pada saat menghubungkan serial, router 0 dengan serial 2/0 dan 1 serial 2/0, hal ini harus 1 Jaringan namun harus berbeda hostnya dengan catatan harus membedakan IP kelasnya. Saya setting seperti diatas agar mudah mengingatnya.
Setelah selesai setting Router, Kini setting PC1, PC2, dan PC 3
Fastethernet ( Default Gateway) pada PC 1 Harus diisi dengan IP Fastethernet Router 0 karena PC 1 Terhubung secara langsung ke Router 0. Begitupun PC 2 dengan 1, PC3 dengan 2.
Setting IP :
PC 1


PC 2
 

PC 3

Setelah selesai, kini tinggal Setting IP Send (RIP) Pada RIP Versi-1, tidak mengenal dengan namanya subnet mask tapi nanti pada Versi-2 sudah mengenal Subnet Mask
Network pada RIP diisi dengan IP Serial dan Fastethernet yang ada didalam router itu sendiri, dengan Host Terkecil yaitu diisi dengan 0. Contohnya : di Router 0 terdapat 2 IP yaitu :
f0/0 : 192.1.1.1 lalu diisi dengan 192.1.1.0
S2/0 : 10.1.1.1 lalu diisi dengan 10.1.1.0
Setelah itu kini kita setting IP Send RIP. Masukkan perintah seperti dibawah :
Setting IP Send A :
Router>en
Router#conf t
Router(config)#router rip
Router(config-router)#network 192.1.1.0
Router(config-router)#network 10.1.1.0
Setting IP Send B :
Router>en
Router(config)#router rip
Router(config-router)#network 10.1.1.0
Router(config-router)#network 193.1.1.0
Router(config-router)#network 11.1.1.0
Setting IP Send C :
Router>en
Router#conf t
Router(config)#router rip
Router(config-router)#network 194.1.1.0
Router(config-router)#network 11.1.1.0
Setelah selesai kita coba tes dengan ping di PC. Kita ambil PC3 mengeping IP Fastethernet pada PC 1, dan PC 2.



Hasilnya berhasil apabila balasan dari cmd seperti gambar diatas.

Lihat Selengkap nya : 

Konfigurasi Routing Dynamic ( RIP )

Rabu, 05 Oktober 2016

PERANCANGAN BUSINESS CONTINUITY PLAN

PERANCANGAN BUSINESS CONTINUITY PLAN






Aulia Akbar – 064.013.016

Teknik Informatika

Fakultas Teknologi Industri

Universitas Triaskti



ABSTRAK
Business Continuity Plan atau yang biasa disebut dengan Perencanaan Kontinuitas Bisnis adalah salah satu perencanaan yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan. BCP dibutuhkan untuk melengkapi dan memperkuat system sehingga dapat menjadi system yang handal. Beberapa tahapan perancangan BCP yang harus dikerjakan dimulai dari tahap risk assessment, business impact analysis, mitigation strategy development, BC development, training,testing,auditing, dan BC maintenance.
       I.            Landasan Teori
                      1.1   Bencana
Suatu bencana adalah mendadak, kejadian sangat membahayakan yang mengganggu fungsi dari suatu komunitas atau masyarakat dan menyebabkan manusia, material, dan ekonomi kehilangan kemampuannya untuk menggunakan sumber daya sendiri [1].
Akhir-akhir ini kita sering mendengar bencana - bencana yang melanda Jakarta, seperti banjir, kebakaran, dan gempa bumi. Disamping bencana alam tersebut, masih banyak jenis bencana lain seperti ancaman bom dan pencurian yang dapat mempengaruhi lingkungan sebuah organisasi atau perusahaan yang berada di sekitar lokasi kejadian. Bencana yang dimaksud tidak hanya terbatas pada bencana alam. Suatu bencana juga dapat disebabkan oleh manusia, bahkan teknologi. Berikut ini adalah beberapa jenis ancaman yang dapat sewaktu – waktu mengganggu suatu proses bisnis.
Tabel Jenis – jenis Ancaman atau Bencana
Kategori Ancaman
Sub Kategori
Daftar Ancaman
Alam
Geologi
Gempa Bumi
Tsunami
Tanah Longsor
Petir atau Badai
Asap dan Gunung Meletus
Lingkungan
Banjir
Kebakaran
Polusi Udara
Biologi
Wabah Penyakit
Manusia
Manusia
Kebakaran
Pencurian
Sabotase dan perusakan
Terorisme
Ancaman Bom
Human Error
Cyber Attack
Threat
Intrusion
Teknologi
Transportasi
Kegagalan sistem transportasi
Bencana transportasi massal
Sistem Informasi
Kegagalan hardware dan software
Serangan virus, malware

Infrastruktur
Electricity (korsleting)

                       1.2   Business Continuity Plan
Pada akhir 1990-an, Business Continuity Plan (BCP) hadir untuk mencoba menilai kemungkinan dari kegagalan sistem dalam lingkup dunia bisnis [2]. Istilah BCP dalam bahasa Indonesia biasanya dikenal dengan PKB (Perencanaan Kontinuitas Bisnis).
Menurut [2], BCP adalah suatu metodologi yang digunakan untuk menciptakan dan memvalidasi perencanaan untuk menjaga kelanjutan operasional bisnis sebelum, selama, dan setelah kejadian bencana dan kerusakan terjadi. Perencanaan harus dibuat dengan memperhatikan potensi risiko yang bisa terjadi, baik berupa bencana maupun kegagalan sistem, sehingga sistem yang merupakan penunjang proses bisnis akan tetap dapat berfungsi dengan baik.
Dalam BCP, komponen bisnis yang terlibat dalam suatu organisasi, meliputi:
1.         Manusia
Manusia adalah pihak yang melakukan perencanaan aktual dan implementasi dari BCP. Terdapat beberapa pihak yang berkompeten dalam perancangan BCP. Manajemen, efektivitas dari BCP akan sangat tergantung pada komitmen manajemen untuk menyediakan sumber daya yang dibutuhkan dalam rangka mengidentifikasi, menyusun dan melakukan kebijakan strategi terhadap prosedur BCP.
2.         Proses
Proses dalam BCP  memiliki dua tahap, yaitu tahap perencanaan dan tahap implementasi. Proses suatu organisasi yang biasa dijalankan sehari – hari adalah kunci keberhasilan bisnis untuk jangka waktu yang panjang. Proses ini dikembangkan untuk mengelola tugas – tugas bisnis secara terus – menerus. Jika bisnis anda terkena bencana, seperti kebakaran, banjir, dan gempa bumi, proses bisnis anda akan terganggu. Seberapa cepat pemulihan ini dilakukan sampai bisnis dapat berjalan lagi tergantung pada proses yang digambarkan dalam business continuity.
3.         Teknologi
Sudah jelas bahwa teknologi adalah bagian yang sangat familiar di kalangan seorang IT. Sebagian alasan untuk perencanaan business continuity adalah dengan melihat penggunaan teknologi serta memahami unsur – unsur rentan terhadap suatu jenis bencana.
Seperti dalam [2] , di dalam membuat sebuah dokumen BCP, terdapat beberapa tahapan yang harus dikerjakan, yaitu :
1.      Project Initiation
Tahap ini adalah salah satu elemen yang paling penting dalam perencanaan business continuity atau disaster recovery, karena tanpa dukungan penuh dalam suatu organisasi, rencana akan menjadi tidak lengkap. Sebagai seorang IT, mungkin ada batas pada apa yang dapat dilakukan untuk membuat keseluruhan fungsional suatu BCP. Sebuah rencana kontinuitas bisnis membuthkan partisipasi dari organisasi tersebut agar bisa mengidentifikasi kebutuhan suatu organisasi tersebut. Aspek penting lainnya dari perencanaan kontinuitas bisnis ini adalah arti dari sebuah proyek termasuk bisnis, fungsional, dan kebutuhan teknis. Elemen – elemen dari rencana proyek kontinuitas bisnis ini adalah elemen penting untuk kegiatan kontinuitas bisnis. Elemen – elemen tersebut antara lain, risk assessment, mitigation strategy development, plan development, emergency preparedness.
2.      Risk Assessment
Risk Assessment (penilaian resiko) adalah suatu proses untuk mengidentifikasi bahaya potensial dan menganalisa apa yang akan terjadi jika bahaya tersebut terjadi. Ada berbagai macam bahaya yang harus dipertimbangkan. Untuk setiap bahaya tersebut memiliki bermacam kemungkinan skenario yang bisa terungkap, tergantung pada waktu, besaran, dan lokasi bahaya. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk melakukan tahap ini adalah threat assessment, vulnerability assessment, dan impact assessment.
3.      Business Impact Analysis
Analisa dampak bisnis adalah pemahaman akan proses mana yang vital dalam suatu bisnis untuk berjalannya operasional dan untuk mengerti dampak dari terganggunya proses – proses tersebut. Ada empat tujuan utama dari tahap ini, yaitu :
a.       Mendapatkan pemahaman tentang tujuan paling penting dari suatu organisasi, prioritas masing – masing, dan jangka waktu untuk memulai kembali menyusun jadwal yang terganggu.
b.      Menginformasikan keputusan manajemen pada MTO (Maximum Tolerable Outage) untuk setiap fungsi.
c.       Memberikan informasi sumber daya dari strategi mana yang tepat digunakan untuk di rekommendasikan.
d.      Ketergantungan garis – garis besar yang ada baik secara internal dan eksternal untuk mencapai tujuan kritis.
4.      Mitigation Strategy Development
Mitigasi risiko didefinisikan sebagai pengambilan langkah – langkah untuk mengurangi efek-efek samping. Tahap ini adalah proses yang biasa digunakan dalam manajemen risiko, tetapi dalam hal ini mitigasi risiko juga berkaitan dengan kelangsungan bisnis dan pemulihan bencana. Terdapat tiga jenis mitigasi risiko, yaitu :
a.   Risk Acceptance
     Jenis ini sebenarnya bukan merupakan strategi mitigasi karena suatu organisasi hanya menerima sebuah risiko apa adanya, tanpa mengurangi efek risiko itu sendiri. Akan tetapi banyak perusahaan menerapkan strategi ini dengan alasan tertentu. Salah satunya adalah karena biaya dalam menerapkan strategi lainnya yang terlalu mahal.
b.   Risk Avoidance
     Risk avoidance adalah jenis mitigasi yang berlawanan dengan risk acceptance. Bagi kepentingan bisnis, strategi ini merupakan strategi yang diunggulkan. Strategi ini berupa sebuah tindakan pencegahan terhadap risiko yang akan terjadi dan membutuhkan biaya yang paling besar di antara strategi lainnya.
c.   Risk Limitation
                 Strategi ini adalah yang paling banyak dilakukan oleh perusahaan dengan menentukan batasan risiko yang dapat diterima dan mengambil tindakan yang dibutuhkan terhadap sebuah risiko.
d.   Risk Transference
     Strategi penanganan risiko ini dilakukan dengan melibatkan pihak ketiga. Sebuah risiko ditransfer kapada pihak ketiga. Suatu perusahaan melakukan outsource terhadap berbagai proses bisnis pendukung atau kurang kritikal, seperti customer service. Perusahaan harus membayarkan sejumlah biaya kepada pihak ketiga untuk menyewa jasanya dalam melakukan tindakan yang diperlukan terhadap resiko.
5.         BC/DR Plan Development
Puncak dari semua tahap pengembangan business continuity telah selesai ketika mencapai tahap ini. Pada tahap ini, semua tahap yang telah dijalankan akan menghasilkan sebuah BCP yang nantinya akan dijalankan dalam suatu organisasi atau perusahaan.

              1.3            Alasan Perusahaan harus memiliki BCP
                        Menurut [3], Dalam membangun suatu perusahaan, Anda pasti akan mempertimbangkan segala aspeknya. Salah satu aspek penting adalah strategi Business Continuity Managemant (BCM) dan Crisis Management (CP). Business Continuity Plan (BCP) diperlukan agar proses operasional bisnis akan tetap berjalan apabila terjadi suatu bencana atau gangguan. Keharusan suatu perusahan memiliki BCP juga tertuang pada Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2012 pada pasal 17 ayat 1, 2 dan 3 yang berbunyi demikian :
(1) Penyelenggara Sistem Elektronik untuk pelayanan publik wajib memiliki rencana keberlangsungan kegiatan untuk menanggulangi gangguan atau bencana sesuai dengan risiko dari dampak yang ditimbulkannya.
(2) Penyelenggara Sistem Elektronik untuk pelayanan publik wajib menempatkan pusat data dan pusat pemulihan bencana di wilayah Indonesia untuk kepentingan penegakan hukum, perlindungan, dan penegakan kedaulatan negara terhadap data warga negaranya.
(3)   Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban penempatan pusat data dan pusat pemulihan bencana di wilayah Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur oleh Instansi Pengawas dan Pengatur Sektor terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan setelah berkoordinasi dengan Menteri.
                        Selain pasal 17, keharusan suatu perusahaan memiliki BCP terdapat pada Pasal 39 ayat 1 butir f dan g yang berbunyi demikian :
f. Memiliki rencana keberlangsungan bisnis termasuk rencana kontingensi yang efektif untuk memastikan tersedianya sistem dan jasa Transaksi Elektronik secara berkesinambungan; dan
g. Memiliki prosedur penanganan kejadian tak terduga yang cepat dan tepat untuk mengurangi dampak suatu insiden, penipuan, dan kegagalan Sistem Elektronik.





















DAFTAR PUSTAKA

[1] IFRC. (1 Juli 2016). What is a disaster?[online]. Akses : http://www.ifrc.org/en/what-we-do/disaster-management/about-disasters/what-is-a-disaster/ (URL)
[2] Snedaker, Susan. Business Continuity and Disaster Recovery Planning for IT Professionals,United State of America : Amorette Pedersen, 1986.
[3] sharingvision.com (Juli 2016). Sudahkan Perusahaan Anda Memiliki Business Continuity Plan?[online]. Akses : https://sharingvision.com/2013/03/sudahkan-perusahaan-anda-memiliki-business-continuity-plan/ (URL)